Bicara tentang branding adalah bicara tentang kualitas yang terjaga! Walau brand dengan konsep branding yang sempurna tapi kualitasnya naik turun, tinggal tunggu waktu aja untuk tutup usia. Begitupun dengan personal branding, sejago dan sehebat apapun karya yang kita miliki bila kualitasnya selalu berdasarkan dengan suasana hati yang kadang adem dan panas, bakal ditinggal pasar dengan sendirinya. Butuh sekian jalan dan upaya untuk mencapai kualitas yang mumpuni.
Seorang sahabat pernah berkata, hebatnya orang bulè itu salah satunya adalah ketekunan mereka dalam mengulang hal-hal kecil yang mendasar. Setiap hari secara rutin dan terus menerus mengulang dasar dari bidang yang mereka tekuni. Awalnya saya, walau mengiyakan plus sedikit tidak setuju dengan diskriminasi tersebut, nggak terlalu memperhatikan hal ini. Hingga satu waktu, saya mulai memperhatikan artikel-artikel yang ada di salah satu majalah 'wajibnya' para desainer grafis, HOW Magazine. Di majalah yang jadi acuan trend grafis dunia itu selalu mengetengahkan sebuah pendekatan dengan hal-hal kecil yang mendasar. Misalnya cara meningkatkan kreativitas, hal-hal yang diketengahkan oleh HOW adalah bentuk pendekatan sederhana yang hampir semuanya sudah saya dapat saat kuliah tingkat dasar di jurusan Desain Komunikasi Visual. Bayangkan, sebuah majalah yang mengaku sebagai bacaan wajibnya para desainer grafis dunia malah memberikan hal-hal mendasar dalam artikel yang mereka angkat.
Atau bila melihat majalah Guitar Player, sehebat apapun seorang pemain gitar selalu memiliki teknik-teknik sederhana dan mendasar yang secara terus-menerus ia ulang setiap hari sebagai bentuk latihan, mereka kerap meyebutnya dengan fingering. Satu bentuk latihan dasar memainkan tangga nada yang sederhana secara terus-menerus dari ujung gitar sampai pangkalnya, bolak-balik. Pilihan tangga nadanya pun biasanya nggak yang njlimet, malah mungkin yang mereka dapatkan saat awal-awal mereka memegang gitar.
Atau bila masuk ke situs untuk para pemain perkusi, untuk conga, bongo dan djembe misalnya. Bentuk latihan para dewa perkusionis yang mereka kembangkan itu secara garis besar tidak jauh berbeda. Dalam bentuk ketukan 4/4 atau 6/8 dan bolak-balik mengulang, slap-bass-open-muted-light, terus berputar di situ. Dan bentuk susunannya pun tak rumit, sederhana saja, lalu selalu ditambahkan dengan pesan, "Start slowly and speed up (very fast!!)."
Namun hebatnya para bulè [mungkin lebih tepat para "tokoh yang berhasil", nggak mesti bulè] itu nggak cuma berhenti di ketekunan mereka dalam mengulang hal-hal mendasar tadi. Setelah penguasaan yang menyeluruh dari dasar yang mereka miliki itu membuat mereka jauh lebih mudah dalam mengembangkan bidang yang mereka tekuni. Karena segala hal yang menjadi pondasi mereka dalam berkarya telah sepenuhnya menjadi jiwa dalam keseharian mereka.
Penguasaan akan hal mendasar sangat memudahkan seseorang dalam mengembangkan bidangnya. Seperti halnya mengapa kita harus hapal terlebih dahulu abjad A-Z, agar memudahkan kita dalam menyusun kata-kata. Kenapa kita harus terlebih dahulu angka-angka 1-10, atau menguasai matematika dasar penambahan, pengurangan, pembagian perkalian, karena hingga kapan pun hal mendasar tersebut akan senantiasa terbawa mengikuti.
Sedang kita lebih sering untuk mencari cara instan dalam mencapai sesuatu, mencari jalan singkat dalam setiap langkah yang kita lalui. Hingga kerap melupakan esensi utama yang seharusnya melandasi kita dalam melangkah. Nggak ada yang salah dengan sebuah 'jalan singkat' karena balik lagi kepada kodrat dasar manusia yang nggak akan hidup lama. Tapi di balik tiap 'jalan singkat' yang kita cari itu baiknya tak lupa untuk terus menerus mengulang dan melatih segenap hal mendasar yang merupakan pondasi dari bidang yang kita tekuni. Hingga bila suatu kualitas telah mampu kita capai, kita akan jauh lebih mudah untuk menjaganya bahkan mengembangkannya, karena kita melakukan proses yang semestinya. Pada akhirnya membicarakan kualitas yang mesti dijaga dalam proses branding menjadi lebih mudah dengan sendirinya.
Mengutip apa yang dikatakan Iwan Fals dalam lagu 'Seperti Matahari' dari album 'Suara Hati'... "tujuan bukan utama, yang utama adalah prosesnya..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar