Baru-baru ini saya kehilangan seseorang yang pernah menjadi rekan saya dalam beberapa tim. Sungguh sebuah keberuntungan bagi saya karena pernah bekerjasama dengannya. Panggilannya adalah Imo.
Satu hal yang sangat terkenang bagi saya ketika saya tergabung dalam sebuah kepanitiaan event yang memegang 3 bidang (publikasi, dokumentasi, dan dekorasi) sekaligus dan berkesempatan ber-partner Imo. Ketika itu saya sedang berada dalam kondisi sangat lelah sekali karena tanpa sadar bahwa saya telah overload dalam mengikuti berbagai kegiatan.
Pada waktu itu saya ingin menyerah dan berhenti saat itu juga karena beban emosi yang berusaha saya anggap lalu serta keterbatasan sumber daya manusia pada event tersebut. Saya telah pasrah, terserah mungkin orang akan menilai saya tidak bertanggungjawab dkk. Saat itu perasaan serta semangat saya sudah campur aduk serta down sekali.
Setelah saya dapat menenangkan diri , kemudian saya tetap datang ke sekretariat Dan Imo telah berada di sana. Saya masuk dan dalam beberapa menit hanya terdiam melihat seonggokan karton, kertas, botol aqua, dkk yang bertebaran di lantai pada waktu itu. Pada waktu itu benar-benar tidak terlintas di benak saya bahwa seharusnya saya bertindak sebagai seorang pemimpin yang mendorong semangat partner.
"Erika, kemarin Imo ke sini.. Tapi Erika ‘ga ada.. Mau diapain lagi ‘ni?", kata Imo. Dan dia dengan sigapnya mencari gunting dkk. "Mo.. Kamu capek ‘ga sih? Kita sejauh ini cuman berdua.. Yang lain tiba-tiba banyak yang menghilang dan liburan... Kita juga nyerah aja yuk.. Ngapain capek-capek.." , timpal saya. Karena toh kalau pekerjaan dikerjakan dengan beban dan kekurangan orang juga tidak akan maksimal. Di satu sisi, saya sangat perfeksionis dan ingin yang terbaik serta rasa cinta saya pada organisasi tersebut. Namun di sisi lain, saya tidak dapat mengingkari bahwa saya lelah terutama secara mental.
"Eh, ‘ga boleh gitu..Udah biarin aja yang lain.. Gimana pun juga kita tetap berjuang melakukan yang terbaik donk..Gak usa dipikirin yang negatif... Hidup adalah Djoeang.. ", jawab Imo sambil tersenyum. Dan jawaban dia dapat membuat saya tertawa serta mengembalikan semangat saya. Kenapa? Karena ‘Djoeang' adalah bagian dari nama lengkap si Imo. Dan jayusan itu (anggapan saya pada waktu itu) telah berulangkali dia lontarkan selama saya berkesempatan 1 tim dengan dia. Saya cukup heran karena bagaimana mungkin si Imo ini tetap bersemangat di kaladeadline bertumpuk serta kondisi yang seharusnya cukup melelahkan karena pekerjaan 3 bidang sebagian besar dilakukan oleh Imo dan saya.
Dan saat itulah saya belajar dari seorang Imo bahwa apapun yang terjadi, the show must go on. Dan benar bahwa hidup ini memang perjuangan. Ketika kita memilih untuk mengawali perjuangan tersebut, maka kita pun harus berjuang untuk mengakhirinya dan melawan rintangan yang ada. Ketika rasa down, malas, dkk merintangi kita.. Sebenarnya pada saat itu kita mempunyai 2 pilihan.. Pilihan untuk tetap maju dan mencapai garis akhir atau menyerah di tengah jalan. Ketika kita menyerah di tengah jalan, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Yang ada hanyalah sebuah kegagalan dan bukan hal mustahil apabila kita tetap terjebak ke dalam emosi negatif. Atau kita dapat memilih untuk mencari dan fokus pada hal positif sekecil apa pun itu dan memandang ke depan (bukan menoleh ke belakang) , kemudian kita dapat berhasil mencapai target utama walaupun mungkin tidak sesempurna impian kita. Selain itu juga, se-lelah apa pun Imo, namun dia memilih untuk tersenyum dan bukan mengeluh.. Dan senyum itu dapat mengandung berbagai macam makna bagi orang yang melihatnya. Semangat hidupnya menjadi sebuah pembelajaran yang berarti.
Hingga akhir hidupnya pun, Imo telah membuktikan bahwa hidup ini memang perjuangan. Dia memilih untuk berjuang sendiri melawan penyakitnya dan tidak mengeluh. Ketika terakhir kali saya bertegur sapa dengan wajahnya yang cukup pucat, dia tetap tersenyum. Sungguh saya tidak mengira bahwa itulah senyuman terakhir yang dapat saya lihat darinya. Hidup adalah Djoeang.
- Terinspirasi dari pengalaman pribadi.Djohanes Greimon Djoeang, terimakasih karena saya dapat mengenal belajar banyak selama hidupmu. -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar